Pola Penggunaan Ruang Komunal di Kampung Batik, Semarang
DOI:
https://doi.org/10.47970/arsitekta.v7i01.842Keywords:
Pola penggunaan ruang, ruang komunal, kampung tematik, kampung Batik, adaptasi sosialAbstract
Kampung Batik Semarang memiliki potensi historis dan budaya yang kuat sebagai kawasan permukiman tematik berbasis batik. Namun, keterbatasan ruang terbuka menjadi kendala utama dalam mengakomodasi kebutuhan interaksi sosial warganya. Transformasi fungsi ruang terjadi seiring dengan dibukanya kawasan ini sebagai destinasi wisata budaya, sehingga ruang-ruang yang awalnya tidak dirancang sebagai ruang komunal meliputi teras rumah, badan jalan, hingga pos kamling yang beralih fungsi menjadi ruang bersama. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pola penggunaan ruang komunal di Kampung Batik Semarang melalui pendekatan kualitatif dengan metode pemetaan perilaku (behavioural mapping). Temuan menunjukkan bahwa pembentukan ruang komunal lebih didasarkan pada kondisi kognitif warga dan adaptasi terhadap lingkungan yang berubah, bukan pada perencanaan formal. Hal ini mencerminkan bahwa warga memiliki kemampuan untuk membentuk ruang sosial secara kolektif berdasarkan kebutuhan interaksi dan nilai kebersamaan. Ruang-ruang tersebut berfungsi sebagai katalisator sosial dalam konteks kampung padat yang terbatas lahannya, sekaligus menjadi bagian dari strategi warga dalam menyikapi tekanan dari program kampung tematik.